Buntut Sidak KDM AQUA Beri Keterangan Resmi, Bantah Pengambilan Air dari Sumur Bor Biasa
KARTANEWS.COM, SUBANG – Menyusul viralnya video sidak Dedi Mulyadi (KDM) di media sosial yang mempertanyakan sumber air minum kemasan (AMDK), produsen air mineral terbesar di Indonesia, AQUA, segera mengeluarkan pernyataan resmi.
Klarifikasi ini disampaikan untuk menghilangkan spekulasi publik dan menepis anggapan bahwa air baku yang digunakan berasal dari pengeboran tanah dangkal atau sumur bor biasa.
Dikutip dari jawapos.com, perusahaan menegaskan bahwa pandangan yang menyebut air mereka diperoleh dari sumur bor biasa tidaklah akurat.
Pihak Aqua menjelaskan bahwa air yang dipakai adalah bagian integral dari sistem hidrogeologi pegunungan yang berada di lapisan dalam tanah, yang secara alamiah terproteksi dari kontaminasi permukaan.
"AQUA menggunakan air dari akuifer dalam yang merupakan bagian dari sistem hidrogeologi pegunungan. Air ini terlindungi secara alami," demikian pernyataan tertulis yang dirilis AQUA, membedakan praktik mereka dari pengambilan air biasa.
Lebih lanjut, pihak perusahaan memaparkan prosedur ketat dalam menentukan lokasi pengambilan air. Penemuan sumber air dilakukan melalui riset ilmiah yang mendalam, yang membutuhkan waktu minimal satu tahun untuk menjamin kualitasnya.
"Perusahaan menyatakan bahwa proses pencarian sumber air dilakukan lewat penelitian minimal selama setahun dengan 9 kriteria ilmiah dan 5 tahapan evaluasi," kutipan dari dokumen resmi perusahaan yang menunjukkan kompleksitas studi sumber air mereka.
Selain menjawab isu sumber air, pihak perusahaan juga membantah keras kekhawatiran yang dilontarkan KDM mengenai potensi kerusakan lingkungan. Mereka menepis tudingan bahwa penyedotan air dapat memicu pergeseran tanah atau bencana longsor.
"Berdasarkan kajian bersama UGM, pengambilan air dilakukan secara hati-hati dan tidak menyebabkan pergeseran tanah atau longsor," tambah keterangan tersebut yang mengacu pada hasil riset dari perguruan tinggi ternama.
Perusahaan menekankan bahwa operasional pengambilan air dari lapisan akuifer dalam dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian dan telah teruji secara ilmiah.
Mereka menyebut bahwa hasil kajian yang dilakukan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) memperkuat klaim tersebut.
"Pihak perusahaan juga membantah adanya potensi longsor akibat pengambilan air tanah untuk produksi AMDK," ujar pihak AQUA.
Terakhir, AQUA berusaha mengalihkan fokus perdebatan dari praktik pengeboran mereka ke faktor-faktor lain yang dianggap lebih krusial.
Mereka menyimpulkan bahwa perubahan fungsi lahan dan penggundulan hutan menjadi penyebab utama ketidakseimbangan ekosistem di wilayah pegunungan.
"Namun, faktor lain seperti perubahan tata guna lahan dan deforestasi juga berpengaruh," tandas keterangan resmi tersebut, menggarisbawahi pentingnya masalah tata ruang dan lingkungan yang lebih luas. (J)
What's Your Reaction?
Like
0
Dislike
0
Love
0
Funny
0
Angry
0
Sad
0
Wow
0