DPTPH Kaltim Dorong Masyarakat Terapkan Delapan Tips Stop Boros Pangan
KARTANEWS.COM, KALIMANTAN TIMUR – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) tahun 2021 mengungkapkan bahwa pemborosan pangan atau Food Loss and Waste (FLW) masih menjadi persoalan serius di Indonesia dengan timbulan mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun, atau setara 115–184 kilogram per kapita per tahun.
Kondisi ini juga berdampak pada aspek ketahanan pangan dan gizi. Pangan yang terbuang setiap hari setara dengan energi 618–989 kg kalori per kapita, protein 18–32 gr per kapita, serta zat besi 4–7 mg per kapita, yang jika dimanfaatkan dapat memenuhi kebutuhan gizi hingga 125 juta orang atau hampir separuh populasi Indonesia.
Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah mendorong implementasi Gerakan Selamatkan Pangan (GSP) sebagai upaya pemerintah dalam menekan pemborosan pangan sekaligus mengurangi timbulan sampah makanan yang masih tinggi di masyarakat.
Program yang diampu oleh Badan Pangan Nasional ini, mendorong perubahan perilaku konsumsi pangan agar lebih bijak dan bertanggung jawab bagi rumah tangga hingga sektor usaha pangan.
Di Provinsi Kalimantan Timur, gerakan ini dinilai memiliki urgensi tinggi mengingat wilayah tersebut bukan merupakan sentra utama produksi pertanian maupun peternakan. Sebagian besar kebutuhan pangan masih dipasok dari luar daerah, bahkan luar pulau sehingga pangan yang tersedia perlu dimanfaatkan secara optimal.
Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan DPTPH Provinsi Kalimantan Timur, Amaylia Dina Widyastuti, menjelaskan bahwa GSP hadir sebagai respons atas maraknya praktik pemborosan pangan di masyarakat.
“Jadi, Kalimantan Timur itu masih sangat bergantung pada pasokan pangan dari luar daerah, dan ini menjadi perhatian bersama agar pangan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tidak terbuang sia-sia,” ujarnya saat diwawancarai pada Selasa (16/12/2025).
Gerakan Selamatkan Pangan juga menitikberatkan pada upaya pencegahan pangan terbuang dan berakhir menjadi sampah. Selain menimbulkan kerugian ekonomi, pemborosan pangan juga berdampak terhadap lingkungan, khususnya peningkatan volume sampah organik.
Amaylia menambahkan, edukasi Stop Boros Pangan diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak sejak usia dini. Penanaman kebiasaan menghabiskan makanan sejak kecil dinilai mampu membentuk perilaku konsumsi yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Upaya pengurangan sampah makanan melalui GSP juga dilakukan secara bertahap dan memerlukan dukungan lintas sektor. Menurut Amaylia, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup, tren sampah makanan mulai menunjukkan penurunan dengan gerakan ini, meski masih membutuhkan konsistensi dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat.
Sebagai panduan praktis bagi masyarakat, GSP merumuskan delapan langkah Stop Boros Pangan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
- mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya
- membawa pulang sisa makanan
- berbelanja pangan secara bijak sesuai kebutuhan
- mengatur penyimpanan bahan pangan sesuai karakteristiknya
- membiasakan mengecek tanggal kedaluwarsa dan mengonsumsi pangan dengan masa simpan lebih pendek terlebih dahulu
- mengolah kembali pangan yang berpotensi terbuang menjadi menu lain yang masih layak konsumsi
- memanfaatkan bagian pangan yang masih layak, serta
- mendonorkan pangan berlebih kepada pihak yang membutuhkan (AUNI)
What's Your Reaction?
Like
0
Dislike
0
Love
0
Funny
0
Angry
0
Sad
0
Wow
0