Menata Ulang Kota Dan Menyongsong Ke Masa Depan: Transformasi Citra Niaga Menuju Samarinda Smart City

Oleh : Novia Putri Nuraini (Mahasiswa Magister Administrasi Publik, Universitas Mulawarman)

Nov 6, 2025 - 14:58
Nov 6, 2025 - 18:17
 0  4
Menata Ulang Kota Dan Menyongsong Ke Masa Depan: Transformasi Citra Niaga Menuju Samarinda Smart City
Ilustrasi Penulis Smart City

Kawasan Citra Niaga Samarinda yang dahulu dikenal sebagai pusat perdagangan rakyat, kini menjadi ikon perubahan wajah kota menuju era digital. Pemerintah Kota Samarinda berupaya melakukan revitalisasi kawasan ini sebagai bagian dari pengembangan Smart City konsep kota cerdas yang tidak hanya berorientasi pada teknologi, tetapi juga pada keberlanjutan sosial dan ekonomi masyarakat. Namun, pertanyaan mendasarnya adalah sejauh mana transformasi ini benar-benar mengubah wajah tata kelola publik dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Transformasi Citra Niaga bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan proyek perubahan paradigma tata kelola publik. Smart City seharusnya dimaknai sebagai upaya menghadirkan pemerintahan yang inklusif, partisipatif, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat bukan hanya digitalisasi ruang tanpa ruh sosial.

Pertama, keberhasilan Smart City bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023), pilar utama kota cerdas mencakup Smart Governance, Smart Economy, dan Smart Living. Samarinda telah mulai melangkah melalui pengembangan aplikasi layanan publik digital dan revitalisasi Citra Niaga sebagai ruang ekonomi kreatif. Namun, tantangan terbesar adalah inkonsistensi implementasi dan kurangnya partisipasi warga lokal dalam proses pengambilan keputusan.

Kedua, pendekatan administrasi publik modern menuntut perubahan dari birokrasi yang bersifat prosedural menjadi birokrasi kolaboratif. Osborne dan Gaebler (1992) dalam konsep Reinventing Government menekankan bahwa pemerintah harus menjadi fasilitator, bukan hanya regulator. Dalam konteks Citra Niaga, hal ini berarti pemerintah perlu membuka ruang dialog dengan pelaku usaha kecil, komunitas seni, dan generasi muda agar kebijakan revitalisasi tidak terjebak pada aspek fisik semata, tetapi juga memperkuat kapasitas sosial.

Ketiga, transformasi digital di Samarinda harus diimbangi dengan peningkatan literasi teknologi masyarakat. Sebab, tanpa kesetaraan akses digital, smart city hanya akan menciptakan kesenjangan baru. Menurut Indonesia Smart City Index 2024, Samarinda masih menghadapi kendala dalam integrasi data antarinstansi dan rendahnya partisipasi publik digital.

Transformasi Citra Niaga menuju Samarinda Smart City merupakan langkah progresif dalam menata ulang wajah kota. Namun, keberhasilan sejati tidak diukur dari seberapa modern infrastrukturnya, melainkan dari sejauh mana kebijakan tersebut mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya. Kota cerdas bukanlah kota dengan teknologi tercanggih, tetapi kota yang mampu mendengarkan, melibatkan, dan melayani warganya secara cerdas.

Sudah saatnya Samarinda menempatkan manusia sebagai pusat dari kebijakan smart city bukan sekadar teknologi. Dengan mengintegrasikan nilai- nilai transparansi, partisipasi, dan kolaborasi, Citra Niaga dapat menjadi model kota cerdas berbasis kearifan lokal. Samarinda memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor smart city di Kalimantan Timur, asalkan perubahan ini dijalankan bukan dari atas ke bawah, melainkan dari masyarakat untuk masyarakat.

What's Your Reaction?

Like Like 2
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 1
NOVIA PUTRI NURAINI Putri adalah mahasiswa Magister Administrasi Publik di Universitas Mulawarman, Samarinda. Saat ini tengah menekuni kajian tentang transformasi tata kelola pemerintahan, inovasi pelayanan publik digital, dan implementasi e-Government di daerah. Tulisan-tulisannya merefleksikan semangat untuk menghadirkan pemerintahan yang lebih transparan, efisien, dan berpihak pada warga negara. Putri juga tertarik pada topik Smart City, Satu Data Indonesia, dan kolaborasi digital antar-sektor publik dan swasta sebagai bagian dari visi Indonesia menuju transformasi digital 2045. Melalui tulisannya, Putri berkomitmen mendorong kesadaran publik bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi jembatan menuju pemerintahan yang berkeadilan dan partisipatif.