Friday, May 23, 2025
Google search engine
HomeBerauKolaborasi Berau dan YKAN, Mengubah Kakao Menjadi Komoditas Premium dengan Pendekatan Berkelanjutan

Kolaborasi Berau dan YKAN, Mengubah Kakao Menjadi Komoditas Premium dengan Pendekatan Berkelanjutan

Advertisements

KARTANEWS.COM, JAKARTA – Kabupaten Berau, yang terletak di Kalimantan Timur, dimana sekitar 75 persen dari total luas wilayah daratannya seluas 2,2 juta hektar masih berupa hutan alam ini, terus berupaya mempertahankan kekayaan alamnya melalui berbagai inisiatif pelestarian dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya utama yang dilakukan adalah penerapan perhutanan sosial yang memungkinkan masyarakat setempat mengelola hutan secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan mereka.

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas mengungkapkan bahwa pembangunan di masa lalu cenderung mengutamakan konversi lahan hutan alam menjadi area yang lebih produktif secara ekonomi, seperti perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri. Namun, kini paradigma tersebut telah berubah dengan pengelolaan perhutanan sosial yang lebih berorientasi pada kelestarian dan kesejahteraan masyarakat.

“Terkini, kami menjadi percontohan dalam pengelolaan perhutanan sosial di Kalimantan Timur. Kami berhasil menyusun dokumen Pembangunan Kawasan Terintegrasi (Integrated Area Development/IAD) yang pertama di Kalimantan Timur untuk mengoptimalkan pemanfaatan 98 ribu hektare perhutanan sosial di Berau,” terangnya dalam acara Thought Leaders Forum yang diselenggarakan oleh Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Jakarta pada Rabu(12/3/2025).

                                                            Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas

Dikatakannya Konsep Pembangunan Kawasan Terintegrasi ini mengedepankan prinsip pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, tidak hanya menjaga keutuhan hutan tetapi juga mengupayakan agar manfaat ekonominya dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. Salah satu contoh sukses pemanfaatan lahan hutan adalah pengembangan komoditas kakao oleh masyarakat di beberapa wilayah kampung, termasuk Kampung Merasa.

Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Berau, Lita Handini menjelaskan bahwa Pemkab Berau terus mengupayakan berbagai strategi untuk mengembangkan produksi kakao. Strategi tersebut meliputi kemitraan multipihak, pemetaan kawasan, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi, serta pemberian akses permodalan dan pemasaran melalui berbagai skema kemitraan.

“Kami juga mendukung hilirisasi produk kakao, promosi, serta pendampingan intensif kepada petani. Tujuannya agar kakao Berau dapat bersaing di pasar nasional bahkan internasional,” ujarnya.

Salah satu kisah sukses datang dari Kampung Merasa. Irmaya Banaweng, seorang petani kakao dari Kampung Merasa mengungkapkan bahwa usaha perkebunan kakao telah dimulai sejak tahun 1980-an dan terus berkembang dengan adanya pendampingan dari pemerintah serta YKAN.

“Pelatihan Internal Controlling System (ICS) yang diadakan oleh YKAN memberikan banyak pengetahuan tentang berbagai jenis dan kualitas kakao yang diinginkan pasar. Dari biji kakao basah, biji kakao kering asalan, hingga yang termahal dan dicari yaitu biji kakao fermentasi,” tuturnya.

Pelatihan ini juga mencakup pengolahan biji kakao fermentasi menjadi produk makanan dan minuman yang dikerjakan oleh kelompok perempuan di Kampung Merasa. Selain itu, standar budidaya terus disusun guna meningkatkan kualitas kakao hingga dapat menembus pasar premium.

Pada tahun 2021, kakao fermentasi dari Kampung Merasa mendapat pengakuan nasional sebagai salah satu dari delapan kakao fermentasi berkarakter unik dan spesifik dalam seleksi nasional menuju Cocoa of Excellence di Paris, Prancis. Dua tahun kemudian, Single Origin Cokelat Kampung Merasa 74% resmi diluncurkan bersama Pipiltin Cocoa, sebuah produsen cokelat artisan terkemuka di Indonesia.

Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto menyatakan bahwa Kampung Merasa merupakan contoh nyata bagaimana pelestarian alam dapat berjalan selaras dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Melalui perhutanan sosial, kami mendampingi desa-desa dalam memetakan potensi yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka kami dampingi dalam mengembangkan sumber mata pencaharian yang ramah lingkungan sehingga kesejahteraan terpenuhi dan alam tetap terjaga,” ungkapnya.

Ruslandi, Direktur Program Teresterial YKAN menambahkan bahwa penerapan ICS di Kampung Merasa memungkinkan masyarakat menerapkan praktik Good Agriculture Practice (GAP) melalui sistem agroforestri, di mana kakao ditanam berdampingan dengan tanaman kehutanan. Pendekatan ini dinilai efektif dalam menjaga kelestarian alam, melindungi petani dari paparan bahan kimia, dan menghasilkan produk berkualitas tinggi.

“Tujuan utama kami adalah membantu kelompok petani kakao agar memiliki mata pencaharian melalui pengelolaan hutan secara berkelanjutan, mendukung perempuan dalam mencapai kemandirian dan kewirausahaan yang berkelanjutan, serta menjaga hutan agar tetap lestari dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” jelasnya.

Upaya Berau dalam mengembangkan kakao berkelanjutan tak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi petani, tetapi juga turut menjaga kelestarian hutan alam yang menjadi kekayaan utama kabupaten tersebut. Dengan harga kakao yang tengah mencapai rekor tertinggi, ini menjadi momentum penting bagi petani kakao di Berau untuk terus meningkatkan kualitas produksi mereka dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik. (DAA)

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments